PERAN KESEHATAN
GIGI DALAM MENDUKUNG ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi nasional masalah gigi dan
mulut adalah 25,9 persen, sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Secara keseluruhan
kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 8,1 persen
(EMD). Ditemukan EMD meningkat pada kelompok umur yang lebih tinggi umur 45-54
tahun meningkat (EMD:10,6 dibanding EMD umur 12 tahun: 7,0), EMD di perkotaan
(8,6) lebih besar dari EMD perdesaan (7,5), dan EMD meningkat pada status
ekonomi lebih tinggi (EMD teratas: 9,0). Prevalensi nasional menyikat gigi
setiap hari adalah 94,2 persen sebanyak 15 provinsi berada dibawah prevalensi
nasional.
Ini
masih menjadi masalah, karena beberapa temuan ilmiah menunjukkan adanya kaitan
antara kesehatan gigi dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk
penyakit jantung, diabetes, stroke, gangguan kehamilan dan dampak karies gigi
juga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah. Dengan
meningkatkan kualitas kesehatan gigi akan dapat meningkatkan kualitas hidup
yang lebih baik. Pembangunan kesehatan telah menghasilkan beragam perbaikan,
sehingga derajat kesehatan masyarakat terus meningkat.
Kesehatan
gigi dan mulut ibu dan anak sebaiknya mendapat perhatian yang serius, bahkan
sejak ibu mengandung. Hal ini mengingat dampak yang ditimbulkan dapat
berpengaruh terhadap kehamilan. Salah satu kepedulian tentang kesehatan gigi
ibu dan anak adalah dengan menyebarluaskan informasi bagaimana merawat gigi
dengan benar sejak ibu sebelum hamil, saat kehamilan, dan saat mempunyai anak.
Perawatan kesehatan gigi yang benar akan membantu meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak.
Isu
Strategis Pembangunan Kesehatan 2018
1. Peningkatan
akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak,
2. Peningkatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan,
3. Peningkatan
profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata,
4. Peningkatan
jaminan pembiayaan kesehatan,
5. Peningkatan
ketersediaan , pemerataan, keterjangkauan, jaminan keamanan, khasiat/manfaat dan
mutu obat, alat kesehatan, dan makanan, serta daya saing produk dalam negeri,
dan
6. Peningkatan Akses Pelayanan KB Berkualitas yang Merata.
6. Peningkatan Akses Pelayanan KB Berkualitas yang Merata.
Kesehatan gigi dan mulut mendukung
percepatan Isue Pembangunan Kesehatan
1. Peningkatan
akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak
· Mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan : ibu perlu tahu kebersihan gigi dan mulut yang
mendasar, serta makanan sehat dan bergizi bagi anak.
·
Mengurangi angka kematian anak : infeksi
gigi, noma (gangrenous stomatitis) dan tradisi berbahaya dapat mengakibatkan
kematian. Karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan melalui program: UKGS
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) dan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat).
·
Memperbaiki kesehatan ibu hamil: kesehatan
mulut ibu hamil buruk berefek terhadap kelahiran dan berat badan bayi, selain
kesehatan gigi dan mulut bayi nantinya.
·
Penyuluhan dan pemberian informasi
kepada ibu dapat dilakukan dalam kegiatan Posyandu rutin yang ada di
masyarakat.
·
Pemeriksaan gigi bagi balita yang
bertujuan agar gigi susu yang sudah tumbuh tidak terserang karies (gigi
berlubang) sehingga tidak mengganggu pola makan dan zat gizi yang masuk bersama
makanan dapat terserap dengan baik.
Pemeriksaan Gigi Balita |
2. Peningkatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan.
·
Memberantas HIV/AIDS, malaria, dan
penyakit lainnya. Terdapat hubungan antara HIV/AIDS dengan kesehatan gigi dan
mulut, dan permasalahan yang ditemukan dalam rongga mulut dapat menjadi indikator
dini terjadinya infeksi.
·
Meyakinkan keberlangsungan lingkungan
hidup : penanganan kesehatan gigi dan mulut melibatkan penggunaan teknologi
yang sesuai, kontrol infeksi yang efektif, serta pembuangan limbah medis yang
aman.
·
Gigi berlubang merupakan salah satu dari
penyakit yang tidak menular, namun dapat berkembang apabila tidak dikendalikan
sehingga dapat mengganggu seseorang yang menderitanya, oleh karena itu dengan
memperhatikan keadaan kesehatan gigi dan mulut dapat mengendalikan penyakit tidak
menular. Gigi berlubang dapat dikendalikan dengan pemeriksaan rutin yang
dilakukan minimal 6 bulan sekali.
3. Meningkatan
profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata.
·
Mengadakan pelatihan bagi tenaga
kesehatan yang berada jauh dari kota dan mendaya gunakan kader kesehatan yang
ada di setiap desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di desa.
· Perawat gigi diharuskan memiliki
kompetensi yang mumpuni dan bekerja sesuai dengan kode etik dan undang – undang
kesehatan. Jumlah dokter di Indonesia saat ini sebenarnya sudah mencukupi.
Perbandingannya 1:2500, artinya satu orang dokter mampu melayani minimal 2.500
pasien. Akan tetapi, permasalahannya adalah jumlah dokter di Indonesia belum
merata. Jumlah dokter di kota besar dan di daerah tidak seimbang. Begitu juga
dengan perawat gigi, belum semua puskesmas mempunyai perawat gigi atau hanya
mempunyai 1 perawat gigi yang mana kebutuhan masyarakat akan kesehatan gigi
semakin banyak.
·
Sesuai dengan permasalahan tersebut
Sebagai Sarjana Sains Terapan Keperawatan Gigi, UKGS Inovatif adalah salah satu
cara untuk membantu pembangunan kesehatan. UKGS Inovatif adalah suatu
komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang merupakan suatu paket pelayanan
asuhan sistematik dan ditujukan bagi semua murid sekolah dasar dalam bentuk
paket promotif, promotif-preventif dan paket optimal. Upaya promotif dan
promotif-preventif paling efektif dilakukan pada anak sekolah dasar karena
upaya peningkatan kesehatan harus sedini mungkin dandilakukan secara terus
menerus agar menjadi kebiasaan.
UKGS Inovatif diperlukan karena penyakit
gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses tumbuh kembang,
bahkan masa depan anak. Anak-anak menjadi rawan kekurangan gizi karena rasa
sakit pada gigi dan mulut menurunkan selera makan mereka. Kemampuan belajar
anak pun akan menurun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar.
Tingginya angka karies gigi dan rendahnya status kebersihan mulut merupakan
permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai pada kelompok usia
anak dasar. Untuk pemerataan tenaga kesehatan, UKGS Inovatif juga sangat diperlukan
dan diharapkan ada pada setiap sekolah di Indonesia.
Demonstrasi Menggosok Gigi |
·
Program UKGS Inovatif
Ø Pemeriksaan
& deteksi dini kejadian karies
Ø Penyuluhan
tentang kesehatan gigi
Ø Deteksi
faktor risiko karies gigi menggunakan aplikasi Donut Irene
Ø Gosok
gigi massal/bersama-sama
Ø Deteksi
plak setelah menggosok gigi
Ø Pembersihan
karang gigi yang memerlukan
Ø Penambalan
dengan fissure sealant/ART
Ø Surface
protection
Ø Terapi
Remineralisasi
Ø Proteksi
eksternal dengan aplikasi mineral/fluoride
Ø Pencabutan
gigi susu yang sudah goyang
4. Peningkatan
jaminan pembiayaan kesehatan,
Konsep
Pelayanan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional terbagi menjadi 3 (tiga) struktur
layanan, yaitu pelayanan primer, pelayanan sekunder dan pelayanan tersier.
Pelayanan kedokteran gigi berperan pada struktur layanan primer dan sekunder
(Dewanto dan Lestari, 2014). Pelayanan primer yang diberikan oleh dokter gigi
berupa pelayanan paripurna untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut
peserta 3 binaannya (BPJS Kesehatan, 2014a). Pelayanan primer ini menitik
beratkan pada upaya pemeliharaan, pencegahan dan peningkatan kualitas hidup
selain juga pengobatan dan pemulihan. Pelayanan kesehatan sekunder merupakan
rujukan pada fasilitas kesehatan lanjutan dari pelayanan primer di fasilitas
kesehatan tingkat pertama (BPJS Kesehatan, 2014b).
Berlakunya
Jaminan Kesehatan Nasional mulai tanggal 1 Januari 2014 menjadi tantangan bagi
praktisi kesehatan temasuk Dokter Gigi, karena diharapkan pelayanan kesehatan
menjadi lebih baik, terstruktur serta terkendalinya mutu dan biaya. Dokter gigi
sebagai salah satu penyedia layanan jasa kesehatan dalam JKN harus
mempersiapkan diri agar pelayanan kesehatan terutama pelayanan primer dapat
dirasakan manfaatnya. Perubahan mekanisme pelayanan JKN khususnya di bidang
kedokteran gigi, harus diiringi penyesuaian diri dokter gigi berdasarkan
kriteria pelayanan jasa kesehatan yang ditetapkan dalam Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (Dewanto dan Lestari, 2014).
5.
Peningkatan ketersediaan, pemerataan,
keterjangkauan, jaminan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu obat, alat
kesehatan, dan makanan, serta daya saing produk dalam negeri.
·
Tenaga kesehatan gigi menjamin ketersediaan
mutu, keamanan, dan khasiat obat dan alat kesehatan di
fasilitas kesehatan gigi.
·
Tenaga kesehatan gigi melakukan
perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalah gunaan obat, serta penggunaan alat
kesehatan.
6. Peningkatan
Akses Pelayanan KB Berkualitas yang Merata.
Edukasi
Prefentif dan promotif penyakit gigi dan mulut pada Akseptor KB.
Gingivitis
dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satu faktor pendukung ialah karena
adanya faktor hormonal. Dimana faktor hormonal mempengaruhi jaringan
periodontal pada wanita disebabkan oleh penggunaan kontrasepsi. Kandungan
kontrasepsi yang mengandung hormonal seperti progesteron dan estrogen. Efek
dari kedua hormonal tersebut berupa peran biologis yang dapat mengurangi
keratinisasi,meningkatkan jumlah inflamasi pada gingiva,meningkatkan
permeabilitas dan produksi prostaglandin meningkat.
Sebuah
penelitian mengejutkan berkaitan dengan alat kontrasepsi serta kesehatan gigi
ditemukan oleh para peneliti dari Ware Centre of Dental Excellence di
Hertfordshire, Inggris. Penelitian ini mengatakan bahwa penggunaan pil KB
ternyata bisa menyebabkan gigi Anda meradang dan rusak. Cegah menggunakan obat
kumur antiseptik yang akan membantu Anda untuk mencegah pembentukan plak,
Mengonsumsi makanan sehat dapat memperkuat kesehatan gigi dan mulut.
Sumber
: