my Archive for September 2019

Mengenal Gingivitis di Rongga Mulut

A. DEFINISI 
            Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva dan bersifat reversibel. Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada papilla interdental dan menyebar ke sekitar leher gigi. Gingivitis secara epidemiologis diderita oleh hampir semua populasi masyarakat di dunia. Lebih dari 80% anak usia muda dan semua populasi dewasa sudah pernah mengalami gingivitis. Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi dan derajat keparahan gingivitis adalah umur, kebersihan mulut, pekerjaan, pendidikan, letak geografis, polusi lingkungan, dan perawatan gigi.
 B. ETIOLOGI 
             Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak atau karang gigi di bagian gigi yang berbatasan dengan tepi gusi. Penyebab utama gingivitis adalah bakteri plak, plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak atau karang gigi di bagian gigi yang berbatasan dengan tepi gusi. Plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik. Contohnya pada pasien penderita leukemia dan penyakit Wegner yang cenderung lebih mudah terkena gingivitis. Pada orang dengan diabetes atau HIV, adanya gangguan pada sistem imunitas (kekebalan tubuh) menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh untuk melawan infeksi bakteri pada gusi. Perubahan hormonal pada masa kehamilan, pubertas, dan pada terapi steroid juga menyebabkan gusi lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Pemakaian obat-obatan pada pasien dengan tekanan darah tinggi dan paska transplantasi organ juga dapat menekan sistem imunitas sehingga infeksi pada gusi lebih mudah terjadi. 
C. MANIFESTASI KLINIS 
          Radang gusi merupakan kelainan jaringan penyangga gigi yang paling sering terjadi dan hampir selalu dapat ditemukan pada semua bentuk penyakit gusi. Radang gusi yang menetap dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan penyangga gigi sehingga gigi menjadi goyang atau terlepas. Tanda-tanda dari gingivitis adalah : 
 1. Adanya perdarahan pada ginggiva 
2. Terjadi perubahan warna pada ginggiva 
3. Perubahan tekstur permukaan ginggiva 
4. Perubahan posisi dari ginggiva 
5. Perubahan kontur dari gingiva 
6. Adanya rasa nyeri Gejala-gejala gingivitis adalah 1) Gusi kemerahan 2) Gusi bengkak 3) Konsistensi gusi menjadi lebih lunak 4) Bentuk gusi agak membulat (unstippling) 5) Gusi mudah berdarah Faktor lokal penyebab ginggivitis disebabkab oleh akumulasi plak. Bentuk penyakit gusi yang umum terjadi adalah ginggivitis kronis yang ditandai dengan pembengkakan gusi atau lepasnya epitel perlekatan. Ginggivitis mengalami perubahan warna gusi mulai dari kemerahan sampai merah kebiruan sesuai dengan bertambahnya proses peradangan yang terus menerus. Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, rasa sakit yang merupakan gejala pembeda antara ginggivitis akut dan ginggivitis kronis. 
 D. MACAM-MACAM GINGIVITIS Mcam Gingivitis terdiri dari: 1. Gingivitis Pregnancy Adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya ditandai dengan gejala gingiva cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas dan gingivainterdental adalah lunak dan getas (mudah tercabik). 2. Gingivitis pada DM Gingivitis akan mudah menyerang penderita Diabetes Mellitus karena adanya gangguan pada sistem imunitas (kekebalan tubuh) menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh untuk melawan infeksi bakteri pada gusi 3. Gingivitis pada Leukimia Leukemia merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan adanya perdarahan. Lokasi perdarahan yang paling sering ditemukan pada bagian kulit, mata, membrane mukosa hidung, gingiva dan saluran cerna. Maka dari itu penderita leukimia lebih mudah terserang gingivitis. 4. Gingivitis karena obat Pemakaian obat-obatan pada pasien dengan tekanan darah tinggi dan paska transplantasi organ juga dapat menekan sistem imunitas sehingga infeksi pada gusi lebih mudah terjadi. 
E. PROSES TERJADINYA GINGIVITIS 
            Menurut John Besford (1996), proses terjadinya gingivitis dimulai dari: 
1. Tahap Pertama Plak yang terdapat pada gigi didekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah tua, sedikit membengkak (membulat dan bercahaya, tidak tipis dan berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah (karena adanya luka kecil pada poket gusi), dan tidak ada rasa sakit. 
2. Tahap Kedua Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung, plak pada gigi menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang rahang tersebut. Gusi tetap merah, bengkak, dan mudah berdarah ketika disikat. Tetapi tidak terasa sakit. 
 3. Tahap Ketiga Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi tahap ketiga. Tahap ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket gusi menjadi lebih dalam (lebih dari 6 mm). Karena tulang hilang, gigi mulai terasa sedikit goyang, kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak ada rasa sakit. 
4. Tahap Terakhir Pada tahap ini kebanyakan tulang disekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu akibat gingivitis yang dibiarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ke tahap paling akut yaitu periodontitis. 

F. KOMPLIKASI 
              Sebagaimana penyakit lain pada umumnya sering kali apabila dibiarkan berlama-lama maka bisa menimbulkan penyakit baru. Begitu pula dengan radang gusi billa dibiarkan bisa mendatangkan masalah baru. Berikut beberapa komplikasi karena masalah gingivitis. 
a. Periodontitis Penyakit yang pertama adalah periodontitis. Periodontis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan periodontal karena dampak lanjut dari masalah gingivitis atau radang gusi yang tidak terawat. 
b. Bau mulut Halitosis atau bau mulut adalah suatu keadaan mulut mengeluarkan bau busuk yang tidak enak atau sering disebut napas yang tidak sedap. Halitosis atau bau mulut dapat disebabkan oleh 2 faktor penyebab : *Faktor Fisiologis Faktor ini dikarenakan produksi air ludah yang kurang saat tidur. Makan dan minuman Sisa makanan dan minuman yang dicerna oleh kuman penyebab bau mulut. * Faktor Patologis Faktor kelainan rongga mulut seperti Radang gusi / gingivitis, plak gigi, oral hygiene buruk, dan karies
c. Pembentukan saku gigi Saku gusi adalah merupakan sulcus gingiva/gusi yang bertambah dalam bila dilihat. Tidak ada keluhan sakit bila ada saku gusi sedang terjadi, akan tetapi bila ada pembentukan saku maka 1 atau bahkan lebih dari beberapa gejala berikut akan tampak pada gusi : - Perasaan tertekan sehabis memakan makanan akan tetapi lama - kelamaan perasaan ini akan berkurang. - Bau busuk di dalam mulut pada bagian gigi geligi - Rasa nyeri atau ngilu yang luas pada daerah yang dalam tulang terutama pada musim hujan. - Bolus – bolus makanan yang melekat diantara dereetan gigi. - Sensitife terhadap suhu panas dan dingin. - Rasa sakit pada bagian gigi tanpa ada gigi berlubang atau karies. d. Gigi goyang Radang gusi kalau dibiarkan,maka penyakit menjalar terus sepanjang akar gigi dan merusak serat-serat halus yang mengikat akar gigi pada tulang lambat laun gigi menjadi bergoyang. 
G. PENANGGULANGAN GINGIVITIS 
 Menurut Kanal (2009), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek, yaitu: 
1. Upaya Promotif Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut: a. Dokter gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi. b. Memberikan informasi dan pengarahan teknik-teknik pengontrolan plak. c. Mendidik pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya (Mason, 1993) 
2. Upaya Preventif (pencegahan) Upaya preventif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut :
 a. Menjaga oral hygiene. 
b. Menyikat gigi dengan teknik dan waktu yang tepat
 c. Menggunakan dental flosh untuk membersihkan sisa-sisa makanan disela-sela gigi d. Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya preventif 
3. Upaya Kuratif (pengobatan) 
Upaya kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
 a. Scaling merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi). 
 b. Kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak food debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut.
 c. Kumur-kumur antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal. 
d. Antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan.
e. Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi

Artikel Lainnya:

Penyebab Penyakit "Karies dan Periodontal"

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak luas yang meliputi: faktor fisik, mental maupun sosial bagi individu yang menderita penyakit gigi. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut pada anak ialah karies gigi. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013:60). Dalam Kamus Kedokteran Gigi, dental caries adalah suatu penyakit yang mengakibatkan demineralisasi, kavitasi, dan hancurnya jaringan keras gigi oleh aktivitas mikroba. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan meluas ke arah pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling umum bertanggungjawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi, dan infeksi. (Tarigan, 2013:1). Dental caries bersifat progresif dan apabila tidak dikontrol, lesi akan terus berkembang meluas ke pulpa, merusak seluruh mahkota gigi dan menyebabkan peningkatan rasa sakit dan inflamasi yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pada pulpa dan hilangnya vitalitas gigi. Dental caries terjadi bila demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karies di antaranya adalah plak, frekuensi asupan karbohidrat, saliva dan flouride. Karies yang tidak terkontrol lama-kelamaan akan semakin dalam menuju ke dentin, hingga ke pulpa, sampai ke jaringan periodontal gigi. Jika sudah sampai tahap ini, gigi tidak bisa tertolong lagi karena jaringannya sudah mati. Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa 93 persen anak usia dini, yakni dalam rentang usia 5-6 tahun, mengalami gigi berlubang. Ini berarti hanya tujuh persen anak di Indonesia yang bebas dari masalah karies gigi. Disampaikan Prof. drg. Anton Raharjo dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, hasil Riskesdas 2018 ini juga menunjukkan bahwa rata-rata anak-anak usia 5-6 tahun mengalami lubang pada delapan giginya. Maka dari itu, perlu adanya upaya-upaya kegiatan promotif dan preventif tentang kesehatan gigi sedini mungkin agar presentase penyakit gigi dan mulut dapat menurun. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan karies gigi? 2. Apa sajakah faktor-faktor penyebab karies gigi? 3. Bagaimana mekanisme perjalanan karies gigi? 4. Apa pengertian dari penyakit periodontal? 5. Apa sajakah yang menyebabkan penyakit periodontal? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan karies gigi 2. Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor penyebab karies gigi 3. Untuk mengetahui mekanisme perjalanan karies gigi 4. Untuk mengetahui apa pengertian dari penyakit periodontal 5. Untuk mengetahui apa sajakah yang menyebabkan penyakit periodontal BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI KARIES GIGI Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan meluas ke arah pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling umum bertanggungjawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi, dan infeksi. (Tarigan, 2013:1). Dental caries bersifat progresif dan apabila tidak dikontrol, lesi akan terus berkembang meluas ke pulpa, merusak seluruh mahkota gigi dan menyebabkan peningkatan rasa sakit dan inflamasi yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pada pulpa dan hilangnya vitalitas gigi. Dental caries terjadi bila demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Plak merupakan lapisan bahan kompleks polisakarida semitransparan yang mengandung organisme pathogen, melekat kuat pada permukaan email yang halus dan juga bertumpuk di daerah alur (groove) dan fisur yang dalam. Untuk dapat bertahan hidup, bakteri patogen tersebut memetabolismekan monosakarida dan disakarida yang berasal dari asupan karbohidrat dan menghasilkan asam yang dapat menyebabkan karies. Namun, di dalam saliva mengandung flouride yang dapat mencegah terjadinya karies tersebut. B. MANIFESTASI KARIES GIGI Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010). Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Bakteri dari plak dan sisa makanan akan bermetabolisme membentuk asam di gigi yang akan meremineralisasi lapisan gigi sehingga menimbulkan lesi hitam di permukaan gigi. Jika lesi ini tidak tertangani maka akan merusak permukaan gigi yang ada dibawahnya. Skema Perjalanan Karies Gigi Plak (Bakteri) + Sisa Makanan ==>Bermetabolisme menjadi asam => Remineralisasi Permukaan gigi =>Karies C. PENYEBAB KARIES GIGI Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk pembentukan karies: permukaan gigi (email atau dentin), bakteri penyebab karies, substrat atau makanan (seperti sukrosa), dan waktu. Proses karies tidak memiliki hasil yang tak terelakkan, dan setiap individu berbeda terhadap kerentanan tergantung pada bentuk gigi, kebiasaan kebersihan mulut, dan kapasitas produksi saliva mereka. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 40). Faktor Penyebab Terjadinya Karies: 1) Host (Gigi) Gigi sebagai tuan rumah untuk hidupnya mikroorganisme yang ada dalam mulut. Sembilan puluh enam persen dari enamel gigi terdiri dari mineral, mineral ini terutama hidroksiapit, akan menjadi larut bila terkena lingkungan asam. Pada gigi produksi saliva memainkan peranan penting terhadap kemungkinan terjadinya karies gigi. Kuman akan menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Jika gigi kesulitan dibersihkan oleh air liur maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat membentuk lubang kecil pada permukaan gigi. 2) Agent (Bakteri) Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya beberapa spesies tertentu dari bakteri yang diyakini menyebabkan gigi karies: Streptococcus Mutans dan Lactobacillus diantara mereka. Lactobacillus Acidopilus, Actynomices Piscoccus, Nocardia spp, dan Streptococcus Mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies. Bakteri akan memanfaatkan makanan terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam. 3) Substrat atau makanan Dalam kehidupan sehari-hari kita makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan seperti nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga jenis makanan yang lengket, lunak, dan mudah terselip di gigi dan sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila tidak segera dibersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi. Frekuensi makan lebih dari tiga kali sehari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan gigi akan lebih cepat. (Irma, Intan, 2013:19). 4) Environtment (Lingkungan) Lingkungan dalam hal ini ialah morfologi dari gigi dan saliva yang tiap orang berbeda-beda. Gigi yang susunannya teratur akan mudah dibersihkan dan tidak mudah terkena karies daripada gigi yang berjejal karena sulit dibersihkan. Lingkungan yang kedua yaitu saliva adalah cairan rongga mulut yang dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar saliva besar, yaitu parotis, submandibularis, dan sublingualis, kelenjar saliva minor, dan cairan dari sulkus gingival ( Thylstrup & Feyerskov, 1996). Komposisi dari saliva berupa 99% air dan sisanya terdiri dari bahan organik, bahan anorganik, dan molekul-molekul makro termasuk bahan antimikroba. Saliva pun memiliki sistem antibakterial yang sangat penting dalam pencegahan karies. Orang yang mempunyai Ph saliva asam cenderung lebih mudah terkena penyakit karies daripada orang yang mempunyai pH basa. 5) Waktu Proses karies dapat mulai dalam beberapa hari gigi tersebut meletus ke dalam mulut jika diet tersebut cukup kaya karbohidrat yang cocok. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 42). D. DEFINISI PENYAKIT PERIODONTAL Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gusi. Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Periodontitis menunjukkan peradangan yang sudah mengenai jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif, biasanya dijumpai antara usia 30-40 tahun dan bersifat irreversible/tidak dapat kembali normal seperti semula, yaitu apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi dan bila gigi tersebut sampai hilang/tanggal berarti terjadi kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di dalam rongga mulut seumur hidup. Periodontitis adalah infeksi gusi yang merusak jaringan lunak dan tulang periodontal atau tulang penyangga gigi. Porphyromonas Gingivalis merupakan bakteri coccobacillus gram negatif anaerob obligat di rongga mulut yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan periodontal pada manusia. E. PENYEBAB PENYAKIT PERIODONTAL Periodontitis disebabkan oleh faktor lokal antara lain adalah radang gusi yang tidak terobati. Peradangan ini dipicu oleh penumpukan plak sehingga lambat laun membentuk karang gigi sebagai media berkembangbiaknya bakteri. Karang gigi yang tidak dibersihkan kemudian akan semakin parah masuk ke dalam gusi sehingga gusi terdorong dan menyebabkan gigi linu serta rusaknya jaringan periodontal. Bakteri yang awalnya hanya mengiritasi bagian gusi di sekitar gigi (gingiva), lambat laun menyebabkan terbentuknya celah atau kantong pada gusi yang memisahkan antara jaringan gusi dengan gigi sehingga menyebabkan gigi mudah tanggal. Bakteri tersebut akan menginfeksi lebih dalam lagi hingga merusak jaringan dan tulang di dalam gusi. Faktor lokal yang lain adalah 1. Trauma oklusi Oklusi traumatik pada periodontal menyebabkan peningkatan mobilitas tetapi tidak menyebabkan hilangnya perlekatan. Pada struktur periodontal yang meradang, oklusi traumatik menyebabkan penyebaran inflamasi pada puncak tulang alveolar sehingga menyebabkan kehilangan tulang. Penelitian yang dilakukan oleh Harrel, dkk ingin melihat apakah terdapat hubungan antara oklusi dan kerusakan periodontal. Para peneliti mengevaluasi progres dari pendalaman poket pada semua kelompok percobaan, ditemukan bahwa gigi yang tidak dirawat oklusal diskrepasinya dan yang dirawat oklusal diskrepasinya menunjukkan peningkatan pada pendalaman poket periodontal dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat oklusal diskrepasi. Gigi dengan oklusal diskrepasi mengalami pendalaman poket lebih signifikan dibandingkan gigi yang tidak memiliki riwayat oklusal diskrepansi. Kesimpulan dari penelitian ini ialah trauma oklusi merupakan faktor resiko yang signifikan dalam perkembangan penyakit periodontal. 2. Mouth Breathing Mouth breathing biasanya terjadi pada apara penambang batu bara karena sebagian besar senyawa belerang dialam terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. H2S bersifat toksik dan sangat korosif, dapat menyebabkan efek lokal langsung pada kulit, mata, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan. Dari hasil penelitian pada penambang belerang di Gunung Ijen, Banyuwangi, ditemukan adanya hubungan yang bermakna dengan derajat sedang antara lama paparan uap belerang dengan derajat keparahan gingivitis. Hal ini didukung oleh fakta bahwa para penambang tidak menggunakan pelindung mulut dengan benar saat bekerja atau menggunakan kain penutup tetapi hanya untuk menutup hidung dari bau belerang, karenanya paparan uap belerang secara langsung terjadi pada mulut penambang, berlangsung lama dengan intesitas tinggi. Sebagaimana diungkapkan dalam penelitian Ratcliff dan Johnson bahwa senyawa belerang berbentuk gas mengandung gugus tiol yang berpotensi bereaksi dengan DNA dan protein dalam waktu singkat, sehingga permeabilitas perlekatan epitel selkus dalam gingiva meningkat. Sehingga terjadilah gingivitis. Selain radang gusi yang tidak terobati, terdapat beberapa faktor sistemik yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena periodontitis. Di antanya adalah merokok, obesitas, kurang gizi, konsumsi obat-obatan yang mengurangi produksi air liur, perubahan hormon seperti saat menstruasi dan kehamilan, atau penyakit-penyakit tertentu, seperti diabetes dan leukemia. a. Merokok Merokok merupakan penyebab berbagai kondisi patologik yang dapat menimbulkan penyakit danbahkan kematian. Nikotin dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan penyempitanpembuluh darah termasuk pembuluh darah jaringan sekitar gigi geligi. Dari beberapa penelitian padaperokok, dijumpai adanya pembentukan plak gigi dan menurunnya ambang inflamasi gingiva. Terjadiketerkaitan antara perokok dengan early onset periodontitis dan pada jangka panjang menyebabkankerusakan periodontal yang mengakibatkan tanggalnya gigi-geligi. Sebaliknya, dengan berhentimerokok dijumpai pengaruh menguntungkan bagi kondisi jaringan periodontal yang pada akhirnyamemberikan keberhasilan terapi periodontal. b. Obesitas Obesitas dan penyakit periodontal adalah dua kondisi kronis yang sangat lazim di Indonesia. Baik obesitas dan periodontitis telah diakui sebagai faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit sistemik. Obesitas yang terkait dengan etiologi dan perkembangan penyakit periodontal sudah dikenal, tetapi sebuah penelitian terbaru menggambarkan peran periodontitis terhadap obesitas. c. Kurang gizi (Malnutrisi) Keadaan Tubuh dimana asupan gizi tidak mencukupi. Ketidak seimbangan makanan & kebutuhan untuk sehat sehingga terjadi MalAbsorpsi makanan atau kegagalan metabolik malnutrisi kondisi inflamasi kronik karena organisme mikrobial spesifik ditandai dengan adanya kerusakan attachment jaringan periodontal (Ginggiva, Ligamen Periodontal, Sementum dan Alveolar Bone) PENYAKIT PERIODONTAL Oxford Medical History, 2007 d. Konsumsi obat-obatan Meski berfungsi untuk mengobati penyakit, sejumlah obat-obatan ada yang memiliki efek samping terhadap kesehatan gigi dan mulut. Obat-obatan untuk penyakit kanker, darah tinggi, pereda nyeri, depresi, dan alergi, diketahui memiliki efek negatif pada kesehatan mulut. Konsultasikan ke dokter tentang semua obat yang sedang dikonsumsi. Dokter akan menentukan obat lain yang lebih aman dan sesuai dengan kondisi kita. e. Perubahan hormon (menstruasi dan kehamilan) Wanita mungkin lebih berisiko mengalami masalah gusi dan mulut karena perubahan hormon semasa hidupnya. Perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan, masa puber, menstruasi bulanan, dan menopause dapat memengaruhi respons tubuh melawan racun yang dihasilkan plak. Perubahan hormon pada masa-masa itu juga dapat memengaruhi sirkulasi darah ke jaringan di sekitar gusi, membuat gusi lebih sensitif. f. Penyakit diabetes dan leukimia Ada hubungan antara periodontitis dengan diabetes melitus tipe 2 ditinjau dari aspek periodontal. Indeks periodontal dan kehilangan perlekatan pada penderita DM lebih besar daripada penderita non DM, sedangkan kedalaman saku pada penderita DM lebih rendah daripada kelompok non DM. Oleh karena itu dibutuhkan program kebersihan mulut yang sifatnya pencegahan agar dapat membantu dalam menjaga kesehatan jaringan periodonsium selama menderita diabetes melitus tipe 2 dan mencegah perkembangan penyakit periodonta. Perawatan periodontal pada pasien leukemia memerlukan konsultasi antara dokter gigi dan dokter spesialis yang menangani pasien. Pada pasien leukemia yang memiliki status hematologi yang kurang baik tidak memungkinkan dilakukan tindakan invasif. Oleh karena itu, tindakan yang dapat dilakukan pada pasien hanya bertujuan untuk mengurangi dan mencegah infeksi dengan meningkatkan dan memelihara kesehatan rongga mulut pasien, seperti edukasi dan instruksi kontrol plak serta pemberian antibiotik profilaksis. Sedangkan pada pasien leukemia dengan status hematologi yang baik dapat dilakukan tindakan perawatan periodontal seperti skeling dan penyerutan akar. BAB III PENUTUP Kesimpulan Karies gigi adalah suatu proses remineralisasi atau rusaknya lapisan permukaan gigi yang disebabkan oleh bakteri pada plak dan sisa makanan yang tidak dibersihkan. Terdapat beberapa faktor penyebab penyakit gigi berlubang diantaranya adalah agen, host, substrat, lingkungan, dan waktu. Karies gigi yang tidak segera ditangani lambat laun akan semakin ke dalam merusak gigi bahkan dapat merusak jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal adalah penyakit yang merusak jaringan periondontal gigi. Diantaranya ada gingivitis dan periodontitis. Periodontitis dapat terjadi karena gingivitis yang tidak terkontrol sehingga merusak periodontal. Dapat terjadi karena karies gigi, karang gigi yang menumpuk, trauma oklusi, serta karena pengaruh penyakit sistemik seperti diabetes, hiv, leukimia, dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Bathla, Shalu. 2012. Periodontics Revisited. JP Medical Ltd Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 2004 :1,8-12,36-48. Irma Z Indah, & Intan Ayu,S. (2013). Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika. Manson, J. D. dan B. M. Eley. 2013. Buku Ajar Periodonti. Jakarta: Hipokrate Jurnal “Peranan Trauma Oklusi Terhadap Terjadinya Periodontitis” oleh Filizianty Oktria Tulak Jurnal Anitasari , Sylvi (2008) HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN UAP BELERANG DENGAN DERAJAT KEPARAHAN GINGIVITIS : Studi pada Pekerja Tambang Belerang di Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine. RISKEDAS TAHUN 2018

Artikel Lainnya: